Selasa, 28 Februari 2012

Taman Nasional Lore Lindu

Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) tertetak sekitar 20 km arah Tenggara kota Palu (menuju Kulawi atau Napu). Secara Geografis terletak pada 1190 58′ – 1200 16′ Bujur Timur dan 1° 8′- 10 3 Lintang Selatan. Secara Administratif pemerintahan, taman nasional ini teletak di wilayah Kabupaten Donggala dan Sigi. Di bagian utara, berbatasan dengan Dataran Lembah Palu dan Dataran Lembah Pablo, sebelah timur berbatasan dengan Dataran Lembah Napu, sebelah selatan dengan Dataran Lembah Bada, dan sebelah barat dengan Sungai Lariang dan dataran Lembah Kulawi.
Secara hukum, Taman Nasional Lore Lindu dikukuhkan oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan melalui Keputusan No.  464/Kpts-Il/1999 tanggal 23 Juni 1999 dengan luas kawasan  217.991,18 ha. Sedangkan untuk pengelolaanya, berdasarkan  Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03/Menhut-II/2007, sejak Tanggal I Februari 2007, diserahkan kepada Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu.
TNLL terletak di sekitar pertemuan lempengan benua yang membentuk pulau sulawesi. Efek dan benturan lempengan mi membentuk kawasan TNLL sehingga daerah mi merupakan pertemuan flora dan fauna dan masing-masing lempengan. Akibat dart adanya penyatuan lempeng tersebut, tidak mengherankan jika di TNLL banyak terdapat lipatan dan perubahan bentuk dan massa daratan sejak pulau mi terbentuk pertama kali.   Keadaan tanah di TNLL bervariasi dan yang belum berkembang (entisol), sedang berkembang (inseptisol hingga yang sudah berkembang (alfisol dan sebagian kedil ultisol.
Secara keseluruhan, curah hujan di TNLL bervariasi antara  2000-3000 mm/tahun di bagia utara dan 3.000-4.000  mm/tahun di bagian Selatan. Suhu bekisar antara 22-34°C.  Rata-rata kelembaban udara adalah 86% dengan kecepatan  angin rata-rata 3,6 km/jam.
Flora
Tumbuh-tumbuhan Sulawesi yang kaya dan endemik merupakan satu dan yang paling sedikit dipelajari dan pulau-pulau utama Indonesia, balk dabam hal komposisi taksonomi serta karakteristik-karakteristik ekologi.  Distribusi geografis dan tipe vegetasi bergantung pada banyak faktor lingkungan, seperti ketinggian, temperatur, curah hujan, drainase, dan kondisi-kondisi tanah.
Secara umum, hutan TNLL dibagi kedalam 3 tipe hutan utama, sebagai berikut:
Hutan Dataran Rendah (Lowland Forest) tipe hutan mi berada pada kawasan hutan dengan ketinggian dibawah 1.000 mdpl. Jenis tumbuhan yang dapat ditemui di kawasan mi, antara lain: Rotan (Callamus spp.), Beringin ((Ficus spp.), pohon raksasa Leda (Eucalyptus deglupta), Aren penghasib bahan gula (Arenga pinnata), Kepayang (Pangium edule)sertajenis Artoca,pusspp. yang kulitnya biasa digunakan sebagai bahan pembuat pakaian kulit potion (dalam bahasa bokab : fuya).

Hutan Pegunungan Rendah Pada ketinggian antara 1.000 s/d 1.500 mdpl dapat dijumpai tipe hutan pegunungan bawah. Di kawasan mi pohon tumbuhlebih pendekdengan diameteryang lebih kecil. Jenis flora yang tumbuh di kawasan mi, antara lain : Berbagai Epiphyte termasuk 88 spesies anggrek yang tebah diketahui,jenis pakis yaitu Asplenium sp. dan Platycerium sp., terdapat juga Pohon Uru dan Damar (Agat his dammara).

Hutan Kayu Alpin tipe hutan ini terdapat pada ketinggian diatas 2.000 mdpl.  Daun-daun tumbuh kecil. Lumut tumbuh tersebar menutupi Iantai hutan. Kabut menjaga udara tetap lembab. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan pencucian hara tanah (Nitrogen), sehingga kesuburan tanah berkurang. Spesies kantung Semar (Nepenthes sp.) Mendapat tambahan nutnsi dengan menjebak serangga yang masuk kedalam bunganya.
Hutan Sekunder. Selain tiga tipe utama di alas, terdapat pula hutan sekunder, yaitu hutan yang telah pernah dibersihkan untuk perladangan berpindah, kemudian ditumbuhi vegetasi sekunder, seperti Cemara (Casuarina sumatrana) serta tegakan campuran antara Wanga (Figafetta filans) dan Leda (Eucalyptus deglupta).
Fauna
Taman Nasional Lore Lindu juga kaya dengan fauna khas Sulawesi dan sudah dikenal di kalangan internasional, diantaranya sebagai benkut:
Mamalia: Anoa (Bubalus depressicomis dan Bubalus quarlessi), babi rusa (Babyrusa babyrousa), Palanger Sulawesi (Phalanger celebencis), Tarsius (Tarsius dianae), Monyet Sulawesi (Macaca tonkeana), Civet (Macrogalidia musschenbroeckii).

Anoa (Bubalus depressicomis dan Bubalus quarlessi)


Babi Rusa (Babyrusa babyrousa)


Palanger Sulawesi (Phalanger celebencis)

Tarsius (Tarsius Dianae)

Monyet Sulawesi (MacacaTonkeana)

Civet (Macrogalidia musschenbroeckii)

Burung: Maleo (Macrocephalon maleo), Rangkong (Rhyticeros cassidix), Elang Sulawesi (Spizaetus lanceolatus) dan burung pegunungan lainnya.

Burung Maleo (Macrocephalon maleo)

Burung Rangkong (Rhyticeros cassidix)

Burung Elang Sulawesi (Spizaetus lanceolatus)

Reptilia : Ular Piton (Python reticulatus), King Kobra (Ophiophagus hannah), Ular Pembalap (Elapheeiythrura dane.jansen) dan 64 jenis ular lainnya. Ditemukan juga 21 jenis cicak besar.
Serangga: Berbagi jenis serangga seperti kupu-kupu, kumbang dan berbagai serangga lainnya.
Budaya
Masyarakat yang hidup di sekitar kawasan TNLL sebagian besar merupakan suku ash, yang terdiri atas Suku Kaili (Kaili Ledo, Kaili Ija, Kaili Ado, kaili Moma, Kaili Tohulu dan Kaili Da’a),
Kulawi, Behoa, Pekurehua dan Bada.Selain suku ash, terdapatjuga para pendatang, seperti suku Bugis, Jawa, Toraja dan Bali. TNLL juga kaya akan berbagai budaya kesenian masyarakat, seperti tarian rego.

Megalith
Keunikan lain yang dimiliki oleh TNLL adalah adanya Megalith atau Batu besar peninggalan prasejarah pada zaman batu. Batu-batu tersebut diperkirakan barasal dan masa 3.000-1.300 SM. Terdapat sekitar 419 Megalith yang tersebar di dalam dan sekitar kawasan TNLL, dengan nncian :43 di daerah Lore Utara, 306 di Lore Tengah, 57 di Lore Selatan dan 13 buah di Kulawi.
Patung-patung megalith mi diperkirakan sebagai patung-patung pemujaan para nenek moyang. Patung megalith yang tertinggi berukuran 4 meter, tetapi kebanyakan berukuran 1,5 sampai 2,5 meter. Ada 5 klasifikasi megalith, yaltu : patung-patung batu, kalamba, tutu’na, batu dakon dan bentuk lainnya.
Obyek Wisata

Terdapat berbagai obyek wisata alam yang sangat menank di kawasan TNLL, seperti Panorama alam Danau Lindu, Air terjun Wuasa, Danau Tambing, jalur track wisata, lokasi birdwatching, lokasi pengamatan satwa, Camping ground, dan Megalith.
Taman Nasional Lore Lindu merupakan hutan warisan alam dunia yang sangat kaya dengan keanekaragaman flora dan faunanya. Tujuan ke kawasan ini selain untuk wisata  mendaki gunung, memanjat tebing sambil menikmati panorama alamnya yang indah dan sejuk, juga menjadi obyek penelitian para ilmuwan dalam dan luar negeri. Taman Nasional Lore Lindu juga sebagai cagar biosfer dunia. Letaknya Tidak Jauh dari Danau Poso yang unik dan menyimpan berjuta pesona. atau kurang lebih 60 km sebelah barat kota Palu
Kawasan Taman Nasional Lore Lindu secara administratif berada di Kabupaten Donggala (Kecamatan Kulawi, Sigi biromaru, Palolo dan Pipi koro) dan Poso (Kecamatan Lore Utara, Lore Tengah, Lore Timur, Lore Piore, Lore Barat dan Lore Selatan) – Provinsi Sulawesi Tengah. Kawasan ini telah ditetapkan sejak Tahun 1993 yang merupakan gabungan Suaka Alam Lore Kalamata dan Hutan Lindung dan Taman Rekreasi Danau Lindu. Secara biogeografis kawasan ini merupakan daerah peralihan antara Zona Asia dan Zona Australia atau disebut Garis Wallace (Wallace Line) yang membentang dari Taman Nasional Nani Wartabone di Bolaang Mongondou hingga Donggala dan Poso melintasi hutan TNLL dan menembus sampai ke hutan-hutan tropis di Sulawesi Tenggara.
Potensi flora dominan di kawasan Taman Nasional Lore Lindu yaitu pohon wanga (Figafeta filaris sp.) dan leda (Eucalyptus deglupta). Sementara potensi fauna yang dapat dijumpai di kawasan tersebut, di antaranya anoa (Anoa quarlesi, Anoa depressicornis), babi rusa (Babyrousa babyrusa), monyet hitam sulawesi (Macaca tonkeana), kuskus (Phalanger ursinus, Phalanger celebencis), tangkasi (Tarsius spectrum) dan rusa (Cervus timorensis). Jenis burung endemik yang ditemukan antara lain maleo (Macrocephalon maleo), rangkong (Buceros rhinoceros, nuri (Tanygnatus sumatrana), kakatua (Cacatua sulphurea), dan Aceros cassidix) dan pecuk ular (Anhinga rufa). Juga hidup bermacam-macam reptil, ikan dan serangga.
Kawasan ini termasuk juga wisata minat khusus dan selalu ada keinginan untuk berkunjung kembali ke kawasan nan indah ini. Tanah Lore yang cantik itu saat ini masih dikatakan benar-benar masih perawan. Untuk perjalanan darat dapat ditempuh sekitar 3,5 jam dari Palu atau sekitar 1,5 jam dari Poso.
Batu Megalith

Pra sejarahnya, disebutkan bahwa nenek moyang orang Indonesia berasal dari daratan cina selatan yang bermigrasi dengan perahu ke arah selatan ribuan tahun yang lalu. Gelombang migrasi ini masuk pula ke Sulawesi dan mereka menetap dipulau ini hingga ke Sulawesi Tengah. Para pengembara ini masuk dalam rumpun ras austronesia yang menyebar dari madagaskar sampai pasifik. Pada saat itu gelombang kedua orang austronesia datang ke sulawesi dengan membawa kebudayaan zaman besi. Dengan alat-alat dari besi ini mereka bisa membuat berbagai model peningglalan dari batu atau dikenal dengan Megalith.
Di sekitar lore lindu terdapat juga peninggalan masa prasejarah Austronesia ini. Pada masanya Sulawesi Tengah diduga menjadi pusat kebudayaan Austronesia ini. Prasasti peninggalan kebudayaan nenek moyang ini berbentuk patung , belanga besar dari batu, lumpang batu dan batu berukir lainnya. Di sekitar Taman Nasional lore lindu lebih dari 350 situs yang ditemukan dan banyak lagi yang belum terungkap. Diduga orang-orang asli di sekitar situs megalit adalah keturunan langsung dari orang-orang yang datang ribuan tahun lalu.

Lore Lindu dan sekitarnya ditetapkan oleh Unesco menjadi cagar biosfer sejak tahun 1977. Meski tempat ini telah menjadi cagar biosfer, namun demikian banyak tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab yang mencuri dan memperjualbelikan batu-batu bersejarah ini sebagai barang koleksi. Beberapa waktu lalu harian Kompas sempat memuat berita tentang jual beli batu megalith asal Lore Lindu ini.
Tempat yang menjadi pusat keberadaan megalith ini adalah Lembah Behoa,Napu dan Bada yang berada di sekitar TN. Lore Lindu. Disini terdapat peninggalan berupa megalith dalam jumlah cukup banyak.
Jika melihat megalit di tempat asalnya dapat menimbulkan pertanyaan tersendiri. Bagaimana batu seberat dan sebesar itu dapat ada di tengah hamparan padang. Seperti di situs Pokekea di Kecamatan Lore Tengah Poso. Megalit2 berbentuk belanga raksasa yang disebut Kalamba lengkap dengan penutupnya terletak di tempat yang agak tinggi. mengelompok di tengah padang luas membentang yang kalau dilihat dari jauh mirip-mirip dengan lapangan golf. Sedangkan disekitarnya tidak dijumpai sumber dari batu-batu besar ini.

Menurut arkeolog yang meneliti situs ini, sebenarnya ada 3 lokasi situs megalit yaitu, “industri”, pemakaman, pemujaan. Dari lokasi industri, megalith ini batu besar yang sudah dipahat ini ditarik dengan kerbau sampai ke tempat tersebut. Tradisi menarik barang dengan kerbau sampai saat ini masih kita jumpai disekitar kawasan TN Lore Lindu. Di Pulau Sumba model menarik batu dengan kerbau masih dapat dijumpai sampai saat ini.
Lalu apa guna megalit berbentuk belanga raksasa ini? Bila ditilik lebih jauh kalamba ini melambangkan juga perahu roh yang mengacu pada tradisi nenek moyang yang datang dari laut. Kalamba dalam bahasa lore kuno berarti perahu. Perahu arwah. Ada stratifikasi sosial yang membuat perbedaan dalam bentuk kalamba. Ada tutup untuk orang yang berpangkat lengkap dengan hiasan dan ukiran. Ada tempat menaruh sesaji didalam kalamba tersebut, sepintas mirip tempat sabun kalau jaman sekarang.

Dugaan ini diperkuat oleh penelitian arkeologi tahun 2000 lalu yang menemukan kerangka manusia dalam kalamba. Kerangka itu sempat diidentifikasi dan menunjukkan ras mongoloid. Dan dari identifikasi carbon dating menunjukkan umur minimal 1500-3000 tahun yang lalu.
Sedangkan patung dari batu yang banyak dan berukuran beragam dari kecil sampai 4 meter itu merupakan personifikasi dari orang yang meninggal tersebut.
Dalam catatan kruytt, sebelum kedatangan belanda tahun 1908 di lore, masih berlaku orang membuat kubur dari batu. Dan masih ada tempat pembuatan kalamba untuk penguburan. Jadi prasati batu ini tidak hanya dari masa prasejarah saja, namun ada yang berasal dari masa yang dekat ratusan tahun saja atau megalit muda. Kadang orang melihat semua peninggalan batu ini berasal dari masa ribuan tahun yang lalu saja.
Berbagai macam prasasti peninggalan orang-orang tua kita dulu masih dapat ditemukan di berbagai tempat di Indonesia. Namun sayang agaknya perhatian kita masih tertuju pada masalah-masalah kebutuhan subsisten primitif. Berbagai situs peninggalan masa lalu hanya dibiarkan saja tanpa perhatian. Tahu-tahu sudah berada di luar negeri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar