Sabtu, 25 Februari 2012

Misteri Alam "Yang Tidak Dijelaskan" (2)

Kita juga jangan melupakan Sacsahuaman! Di sini saya tidak mengingatkan anda kembali kepada sistem pertahanan Inca yang fantastis, yang terletak beberapa kaki di atas Cuzco sekarang; juga tidak kepada balok-balok monolit yang berat semuanya lebih dari 100 ton; juga tidak kepada dinding-dinding teras yang panjangnya lebih dari 1.500 kaki, dan lebarnya 54 kaki, yang di depannya sekarang para wisatawan suka membuat foto untuk souvenir. Saya menunjukkan Sacsahuaman yang tidak dikenal, yang terletak hanya setengah mil atau lebih dari benteng Inca yang terkenal itu.
.

Sacsahuaman = House of the Sun
.
Khayalan kita tak mampu memahami sumber tehnik apa yang telah digunakan nenek moyang kita untuk menambang karang-karang monolit seberat 100 ton lebih sebuah, kemudian mengangkutnya dan mengolahnya di tempat yang jauh dari tambang.
.

The stones fit perfectly together in many cases. 
In such a way that not even a needle enters between them. 
There was no cement used, but the walls are very strong and resistant to earthquakes
.
Tetapi jika kita dihadapkan kepada suatu balok yang beratnya ditaksir 20.000 ton, maka khayalan kita yang sudah dibuat agak jemu oleh kemajuan teknik zaman sekarang, mendapat kejutan yang paling dahsyat. Pada perjalanan pulang dari pertahanan Sacsahuaman, di dalam suatu kawah gunung, beberapa ratus yard jauhnya dari benteng, pengunjung dapat melihat sesuatu yang bentuknya aneh. Itu adalah suatu balok batu tunggal sebesar rumah bertingkat empat. Balok itu telah dihias sempurna sekali dengan seni yang paling tinggi; mempunyai anak-anak tangga dan jalan-jalan melandai, serta dihiasi dengan spiral-spiral dan lubang-lubang.

Pembentukan balok batu yang belum pernah terjadi sebelumnya sudah tentu tidak hanya sekelumit kegiatan di waktu santai belaka bagi sekelumit orang-orang Inca, bukan? Adakah kemungkinan bahwa kegiatan itu untuk maksud yang belum dapat dijelaskan? Pemecahan teka-teki itu dipersulit lagi oleh kenyataan bahwa balok itu berdiri hanya terbalik alias terjungkir. Jadi anak-anak tangga itu menurun dari atap; lubang-lubangnya menghadap kejurusan yang berlainan. Bagaikan lekukan-lekukan pada granat. Cekungan-cekungan yang aneh, yang dibentuk seperti kursi kelihatan seperti melayang di udara.
.
.
Siapa yang dapat membayangkan bahwa tangan manusia, usaha menusialah yang menggali, mengangkut, lalu membentuk balok batu ini? Kekuatan apakah yang telah menjungkir-balikkannya? Kekuatan raksasa semacam apakah yang dipekerjakan di sini? Dan untuk maksud apa?
.

The scale of the walls and the sizes of many stoneblocks
.
Masih dalam keadaan keheran-heranan karena batu yang aneh bentuknya itu, hanya 900 Yard dari sana, pengunjung akan menemukan vitrifikasi karang, yakni perubahan karang menjadi semacam kaca yang hanya mungkin dapat terjadi dengan jalan melabur batu pada suhu yang sangat tinggi. Para pengunjung diberi tahu dengan tepat bahwa batu karang itu diturunkan ke bawah oleh gletsier-gletsier. Keterangan ini menggelikan.
.

vitrified rock
.
Gletsier seperti halnya dapat mengalir, akan mengalir ke bawah hanya ke satu sisi saja. Sifat zat ini hampir tidak mungkin berubah justru pada saat terjadinya vitrifikasi. Bagaimanapun, tak dapat diterima akal, bahwa gletsier mengalir turun ke enam arah yang berbeda-beda di atas areal sekitar 18.000 yard persegi.
.

The presence of a shine, because of a very smooth layer on many of the rocks
.
Sacsahuaman dan Tiahuanaco menyembunyikan banyak sekali misteri pra-sejarah. Keterangan-keterangan yang beredar mengenai misteri itu sangat dangkal dan tidak meyakinkan. Selain itu vitrifikasi pasir terdapat pula di gurun Gobi di sekitar tempat arkeologis tua di Irak. Siapakah yang dapat menjelaskan mengapa vitrifikasi pasir ini sama benar dengan vitrifikasi yang terjadi di Gurun Nevada yang disebabkan oleh ledakan atom? Bilakah akan dikerjakan sesuatu yang menentukan untuk memberikan jawaban yang meyakinkan kepada teka-teki prasejarah itu?
.

The presence of strange forms made in the living rock,
as if a laser was used to produce them
.
Di Tiahuanaco terdapat bukit-bukit buatan yang penuh tetumbuhan, yang permukaannya rata benar, seluas 4.748 yard persegi. Agaknya sangat mungkin bahwa di bawahnya tersembunyi bangunan-bangunan. Selama belum digali orang parit sepanjang deretan bukit-bukit itu, misteri itu tidak akan terpecahkan. Tak dapat di sangkal bahwa uang adalah kurang. Namun demikian para wisatawan sering melihat prajurit-prajurit dan para perwira yang nyata-nyata tidak mengerti pekerjaan apa yang berguna dan harus dikerjakan. Apa salahnya kalau penggalian dilakukan oleh satu kompi tentara di bawah pengawasan seorang akhli?

Uang tersedia untuk sekian banyak hal lain di dunia. Penelitian sangatlah penting bagi masa depan. Selama masa silam kita belum terungkap maka buku catatan untuk masa depan tetap kosong. Tak dapatkah masa silam menolong kita mencapai pemecahan teknis, di mana untuk pertama kalinya pemecahan itu telah ada di zaman purbakala?

Jika dorongan untuk menemukan masa silam kita tidak cukup merangsang untuk menggerakkan pekerjaan penelitian modern yang mendalam, barangkali mistar hitung dapat digunakan. Sebegitu jauh, pada segala peristiwa belum ada seorang sarjanapun yang pernah diminta supaya menggunakan pesawat terbang modern untuk menyelidiki radiasi di Tiahuanaco, di Sacsahuaman, Sodom yang ada dalam dongeng, atau di Gurun Gobi. Naskah-naskah dongeng, atau yang bertulisan kuno dan lembaran sejarah dari buku tertua tentang manusia; menceriterakan tanpa kecuali tentang para dewa yang mengendarai kapal sorga, para dewa yang datang dari bintang, yang mempunyai senjata yang mengerikan, dan kembali lagi ke bintang asalnya. Mengapa kita tidak mencari “dewa” tua itu?

Para astronom radio kita mengirim isyarat-isyarat ke alam semesta untuk mengadakan kontak dengan cendekiawan-cendekiawan yang belum dikenal. Mengapa kita tidak lebih dulu mencari atau tidak sekaligus jejak-jejak dari para cendekiawan yang belum dikenal di bumi kita yang lebih dekat? Bila kita tidak meraba-raba dengan membabi buta dalam kegelapan, jejak-jejak itu dapat dilihat oleh semua orang.

Kira-kira 2.000 tahun sebelum zaman kita, orang-orang Sumeria telah mulai mencatat masa lampau rakyatnya yang gemilang. Sampai sekarang kita masih belum mengetahui dari mana orang ini berasal. Tapi kita mengetahui bahwa orang Sumeria ini membawa kebudayaan yang sudah maju dan tinggi, yang mereka paksakan kepada rakyat Semit yang masih setengah biadab. Kita juga tahu bahwa mereka selalu mencari dewa mereka di puncak-puncak gunung, dan jika tidak ada puncak gunung di daerah itu, mereka menduduki dan mendirikan gunung-gunung buatan pada dataran-dataran rendah. Astronomi mereka telah berkembang luar biasa. Observatorium mereka telah mencapai perkiraan rotasi bulan yang hanya berbeda 0,4 detik dari perkiraan masa sekarang.

Di samping syair kepahlawanan yang menakjubkan dari Gilgamesh, mereka telah meninggalkan sesuatu yang sensasionil sekali. Tentang syair kepahlawanan itu nanti akan saya ceritakan lebih banyak lagi. Di atas bukit Kuyunjik (dahulu Ni niveh) terdapat suatu perhitungan dengan hasil akhirnya yang dalam notasi kita ialah: 195.995.200.000.000. Suatu bilangan terdiri dari lima belas angka. Keturunan dari kebudayaan Barat kita; Junani, yang sering disebut sebagai telah belajar secara intensif, tak pernah meningkat di atas 10.000 selama masa jayanya peradaban mereka. Segala yang di luar itu dengan sederhana dilukiskan sebagai “tak terbatas”.

Tulisan-tulisan kuno memberikan kehormatan secara harafiah dengan jenjang kehidupan yang fantastis kepada orang Sumeria. Jadi, kesepuluh raja permulaan seluruhnya memerintah selama 456.000 tahun, sedangkan kedua puluh raja yang mendapat tugas sulit untuk membangun negara kembali setelah banjir, masih tetap dapat mempertahankan tampuk pimpinan pemerintahan seluruhnya selama 24.510 tahun 3 bulan 3 ½ hari.

Ada masa beberapa tahun yang tak dapat dimengerti oleh cara berpikir kita sekalipun nama-nama dari semua penguasa tercantum pada daftar panjang, dan secara rapi diabadikan pada materai dan mata uang. Apakah yang akan terjadi bila di sini pun kita memberanikan diri membuka tutup mata kita dan melihat pada hal yang tua dengan mata yang segar masa kini?

Mari kita misalkan bahwa astronot-astronot asing telah mengunjungi wilayah orang Sumeria ribuan tahun yang lalu. Misalnya lagi bahwa mereka telah meletakkan dasar-dasar peradaban dan kebudayaan rakyat. Dan kemudian mereka kembali ke planet asal mereka setelah memberikan stimulan untuk perkembangan ini. Selanjutnya mari kita membuat dalil bahwa kepenasaran mendorong mereka kembali kepada pemandangan pekerjaan yang mereka rintis setiap seratus tahun bumi sekali untuk mencek hasil dari eksperimen mereka.

Menurut patokan harapan ke kehidupan kita masa sekarang, para astronot itu dengan mudah sekali dapat lolos dari kepunahan selama 500 tahun bumi lagi. Menurut teori relativitas, para astronot itu selama penerbangan pulang pergi dalam pesawat ruang angkasa yang terbang dengan kecepatan cahaya, hanya mungkin dapat hidup selama empat puluh tahun. Selama abad itu orang-orang Sumeria mungkin telah membangun menara, piramida-piramida, dan rumahrumah dengan segala kelengkapannya; mungkin telah berkorban kepada para dewa mereka dan menantikan kedatangannya kembali. Dan setelah beratus-ratus tahun bumi, para dewa itu betul-betul datang kembali. “Dan kemudian datanglah banjir, dan setelah banjir maka datanglah kapal dewa turun dari langit sekali lagi”, demikian ditulis dalam tulisan kuno bangsa Sumeria.

Dalam bentuk apakah bangsa Sumeria itu mengkhayalkan dan menggambarkan dewa mereka Mitologi bangsa Sumeria dan beberapa lembaran sejarah serta gambaran bangsa Akadia memberikan keterangan tentang ini. “dewa” bangsa Sumeria tidak Antrophormophis dan tiap simbol dari seorang dewa juga ada hubungannya dengan sebuah bintang.

Dalam lembaran sejarah bergambar bangsa Akadia, bintang-bintang dilukiskan seperti yang mungkin akan digambarkan oleh manusia sekarang. Satu-satunya hal yang luar biasa ialah bahwa bintang-bintang inidikelilingi oleh planet-planet dari berbagai ukuran. Bagaimana bangsa Sumeria yang tidak mempunyai teknik pengamatan langit seperti yang kita miliki sekarang mengetahui bahwa sebuah bintang yang tak berubah tempatnya mempunyai sejumlah planet?

Banyak terdapat corat-coret yang menggambarkan orang dengan bintang di kepalanya, sedangkan yang lainnya meng gambarkan orang sedang mengendarai bola bersayap. Ada pula suatu gambar yang seketika akan mengingatkan orang pada suatu model dari atom yakni suatu lingkaran terdiri dari bola-bola yang disusun berdekatan dengan yang lain yang memancar, tetapi tidak dikitari oleh sinar.

Jika kita melihat pusaka dari bangsa Sumeria dengan “mata ruang angkasa”, pusaka itu penuh dengan pernyataan dan teka-teki; di samping itu, bagian-bagian yang dalam dan yang aneh-aneh dari langit semakin berkurang artinya.

Berikut ini adalah sebagian dari yang aneh-aneh pada bidang geografi yang sama.

1. Gambar-gambar Spiral dari 6.000 tahun yang lalu di Geoy Tepe, suatu hal yang jarang terjadi.

2. Suatu industri batu api, yang dipercaya telah berumur 40.000 tahun di Gar Kobeh.

3. Penemuan-penemuan serupa di Baradostian ditaksir sudah berumur 30.000 tahun.

4. Benda-benda dari batu, pusara-pusara dan perlengkapan-perlengkapan dari batu di Tepe Asiab dari 13.000 tahun yang lalu.

5. Kotoran yang telah membatu. mungkin bukan kotoran manusia, ditemukan di tempat yang sama.

6. Alat-alat dan pengukir-pengukir batu ditemukan di Karim, Shahir. Senjatasenjata, geretan dan alat lain ditemukan dari galian di Barda Balka.

7. Kerangka-kerangka orang dewasa dan kanak-kanak ditemukan dalam gua di Shandiar. Kerangka-kerangka ini ditetapkan dengan metoda (-14) berasal kira-kira dari 45.000 sebelum masehi.

Daftar itu dapat diperluas lagi, dan tiap fakta mungkin memperkuat penentuan bahwa di wilayah geografis Tumer kira-kira 40.000 tahun yang lalu pernah hidup suatu campuran orang-orang primitif. Tetapi tiba-tiba dengan alasan yang sampai saat ini tak dapat dijelaskan, bangsa Sumeria muncul di sana dengan astronominya, dengan kebudayaannya dan teknologinya.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari kehadiran para pengunjung yang tidak dikenal sebelumnya, yang datang dari langit masih bersifat spekulatif. Kita dapat mengkhayalkan bahwa para “dewa ini mengumpulkan orang-orang yang setengah biadab di Tumer itu, di sekitar para dewa, dan memindahkan pengetahuannya kepada mereka. Patung kecil maupun besar di musium menunjukkan adanya campuran ras, ada yang bermata terbelalak, ada yang dahinya menonjol, ada yang bibirnya tipis, ada yang hidungnya panjang dan lurus. Suatu gambaran yang sukar sekali untuk dicocokkan ke dalam sistem pemikiran yang skematis, dan konsepsinya tentang orang-orang primitif. Para pengunjung dari langit di zaman purbakala yang baru saja silam?

Di Libanon terdapat batu karang yang mirip kaca, yang disebut tekstite, di mana telah ditemukan isotop alumunium yang radioaktif.

Di Mesir dan Irak ditemukan lensa-lensa kristal yang telah dipotong, yang kalau sekarang hanya mungkin dilakukan dengan menggunakan oksida sesium; dengan perkataan lain suatu oksida yang harus dibuat dengan proses kimia elektrolitis.

Di Helwan terdapat sehelai kain, suatu tenunan yang sedemikian halusnya sehingga kalau sekarang hanya mungkin bisa ditenun oleh suatu pabrik tekstil yang mempunyai kecakapan teknis dan pengalaman.

Batere-batere kering, yang bekerja berdasarkan prinsip-prinsip galiano dipamerkan di Museum Baghdad. Di tempat itu juga pengunjung dapat melihat elemen-elemen listrik dengan elektroda-elektroda dan elektrolit yang
tak dikenal.

Di daerah pegunungan Kohistan di Asia, suatu lukisan dalam gua, menggambarkan posisi bintang-bintang yang tepat, seperti keadaannya pada 1.000 tahun yang lalu. Venus dan bumi dihubung kan dengan beberapa garis.

Perhiasan-perhiasan terbuat dari platina yang dilebur ditemukan di dataran tinggi Peruvia.

Bagian-bagian dari sabuk yang dibuat dari alumunium terdapat di sebuah makam di Fung Yen Cina.

Di Delhi terdapat pilar kuno terbuat dari besi, tetapi tidak rusak oleh phosphat, belerang, atau oleh efek cuaca.

Urutan-urutan aneh dari “kemustahilan“ ini seharusnya membuat kita menjadi penasaran dan gelisah. Dengan alat dan intuisi apa penghuni gua yang masih primitif itu dapat menggambarkan bintang-bintang dalam posisinya yang tepat itu? Di bengkel presisi manakah lensa itu di potong? Bagaimana orang pada waktu itu dapat melebur dan mencetak platina, yang bertitik lebur 1.800º C itu? Dan bagaimana orang-orang Cina kuno dapat membuat alumunium, sejenis logam yang harus diekstraksikan dari bauxite dengan teknik kimiawi yang sangat rumit. Pertanyaan-pertanyaan yang mustahil, tetapi apakah ini berarti bahwa kita tidak perlu menanyakannya?

Oleh karena kita tidak bersedia untuk menerima atau membenarkan bahwa sebelum teknologi dan kebudayaan kita sendiri pernah ada teknologi dan kebudayaan yang lebih tinggi dan lebih sempurna, maka yang tertinggal hanyalah tentang kunjungan dari angkasa luar. Selama arkeologi disalurkan seperti yang telah dijalankan sampai sekarang, kita tidak akan pernah mendapat kesempatan untuk menemukan apakah masa lampau kita yang samar-samar itu benar-benar samar ataukah cerah sekali.

Suatu tahun arkeologi utopi telah tiba saatnya di mana para arkeologis, para akhli fisika, para kimiawan, para geologis, para akhli metalurgi; para akhli dari segala cabang ilmu pengetahuan ini harus memusatkan daya upaya kepada satu-satunya pertanyaan : “Benarkah nenek moyang kita pernah menerima kunjungan dari angkasa luar?”. Sebagai contoh misalnya, seorang akhli metalurgi mungkin dapat menerangkan dengan cepat dan singkat betapa rumitnya memproduksikan alumunium. Apakah tidak masuk di akal bahwa seorang akhli fisika dapat segera mengenali suatu rumus dalam suatu lukisan pada batu karang? Seorang kimiawan dengan perkakas-perkakasnya yang sangat sempurna mungkin dapat memperkuat asumsi bahwa tugu dibuat dari batu karang dengan jalan membasahi seratan-seratan kayu atau menggunakan asam-asam yang tak dikenal.

Para geologis harus menjawab sederetan pertanyaan-pertanyaan tentang hal apa yang penting dari endapan-endapan pada Abad Es. Team bagi tahun arkeologis utopia, selayaknya pula meliputi sekelompok penyelam yang akan menyelidiki Laut Mati, apakah di dasarnya terdapat bekas-bekas ledakan atom yang radioaktif di atas Sodom dan Gommorah.

Mengapa perpustakaan tertua itu malah adanya dalam perpustakaan rahasia dunia? Apakah sebenarnya yang ditakuti orang? Apakah mereka cemas akan kebenaran yang sampai sekarang masih dilindungi dan ditutupi selama beribu-ribu tahun akhirnya terungkap?

Penelitian dan kemajuan tak akan dapat di tarik mundur. Selama 4.000 tahun orang Mesir menganggap dewa mereka sebagai makhluk hidup yang sebenarnya. Dalam Abad pertengahan, kita telah memberantas “Sihir” dari semangat ideologi kita yang menyala-nyala. Kepercayaan orang Yunani bahwa mereka dapat meramalkan masa depan dari isi perut angsa, sekarang sudah sama kunonya dengan keyakinan dari orang yang ultrakonservatif bahwa nasionalisme masih mempunyai arti yang paling penting.

Kita harus memperbaiki seribu satu macam kesalahan tentang masa lampau. Keyakinan diri sendiri yang sudah usang itu, sebenarnya hanyalah suatu penyakit kepala batu yang sudah parah sekali. Di meja konferensi, para sarjana ortodoks masih diliputi oleh khayalan bahwa sesuatu harus dibuktikan sebelum orang yang serius dapat atau boleh memperhatikannya.

Di masa lampau siapa saja yang mengajukan suatu pendapat baru yang orisinil pasti menerima hinaan dan siksaan batin dari gereja dan rekan-rekannya. Orang mengira bahwa sesuatu akan menjadi mudah dengan sendirinya. Sekarang sudah tidak ada lagi kutukan, dan api pada tiang penyiksa sudah tidak dijalankan. Yang menjadi halangan sekarang hanyalah tinggal caranya, yakni cara yang tidak spektakuler, sekalipun hampir tidak begitu menghalangi kemampuan. Sekarang segala sesuatunya sudah agak “beradab” tidak “cerewet” seperti dulu-dulu.

Teori-teori yang terlalu berani dan gagasan yang tak dapat ditolelir, segera dibungkam atau diberangus oleh ungkapan-ungkapan seperti:

1. Bertentangan dengan peraturan ! (selalu yang baik).
2. Kurang klasik (harus berkesan).
3. Terlalu revolusioner! (tidak ada duanya dalam efek mengham-batnya).
4. Universitas-Universitas tak akan sependapat! (bersifat menghukum).
5. Orang lain sudah pernah mencobanya! (tetapi apakah berhasil).
6. Kita dapat melihat manfaatnya! (justru itulah adanya).
7. Itu belum pernah dibuktikan! (itulah yang justru harus di-buktikan).

Lima ratus tahun yang lalu seorang sarjana berteriak di dalam sidang peradilan: “Hanya orang gila yang mengatakan bahwa dunia itu mungkin bentuknya bulat. Sebab kalau demikian segala apa yang ada di belahan bawahnya akan berjatuhan ke dalam ruang kekosongan, kehampaan!”.  Sedangkan yang lain memperkuatnya dengan mengatakan: “Tidak ada disebut dalam Injil, bahwa bumi berputar mengelilingi matahari! Karena itu setiap ketetapan demikian, pasti perbuatan setan!”.

Memang kekurangpahaman akan Injil juga bisa menyesatkan.  Belum lagi, pada saat itu, tidak seperti sekarang, hanya para imam yang boleh membaca kitab suci Injil. Karena Injil tidak bisa dibaca oleh sembarangan orang saat itu. Di satu sisi, saat menentang bumi itu bulat tidak memakai Injil, sedangkan di sisi lain saat menentang bumi berputar mengelilingi matahari memakai landasan Injil. Padahal sebagaimana kita ketahui, di Injil ternyata disebutkan bahwa Bumi itu bulat walau memang tidak menyebutkan bumi mengelilingi matahari. Karena dalam Injil juga tidak disebutkan hal sebaliknya.

Agaknya sudah merupakan ciri khas zaman itu, bahwa setiap gagasan baru dihadapi dengan kepicikan. Tetapi di ambang abad keduapuluh satu mendatang ini pekerja penelitian harus sudah siap dengan kenyataan, dengan realitas. Ia harus berkeinginan kuat untuk mengubah hukum dan pengetahuan yang sudah berabadabad lamanya dianggap sangat keramat. Tetapi oleh pengetahuan baru disangsikan kebenarannya sekalipun ada sepasukan tentara yang berusaha menggagalkannya. Dunia baru harus ditundukkan demi kebenaran dan realitas.

Dua puluh tahun yang lalu setiap orang dari kalangan ilmiawan membicarakan satelit, kelihatannya bagaikan sedang melakukan bunuh diri dalam arti akademis. Sekarang sudah tidak terhitung banyaknya satelit buatan manusia yang mengitari planet-planet lain, mengitari matahari bersama-sama planet alamiah, mendarat di bulan; memotret planet venus, mars; dan dengan radio mengirimkan potret-potret yang prima ke bumi, tentang pemandangan yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Ketika potret-potret itu dikirim ke bumi dalam tahun 1958, tenaga yang dibutuhkan untuk itu hanyalah 0,000,000,000,000,000,01watt. Suatu jumlah yang tak terkatakan lagi kecilnya.

Sekarang semua itu sudah tidak dianggap luar biasa. Kata “mustahil” sekarang harus secara harafiah mustahil ada, dengan perkataan lain para sarjana harus tidak mengenal “mustahil”. Setiap orang yang sekarang tidak mau menerima kenyataan ini besok akan tergilas oleh kenyataan itu sendiri. Oleh karena itu mari kita berpegang teguh kepada teori yang menetapkan bahwa beribu-ribu tahun yang lalu, bumi kita pernah dikunjungi oleh astronot-astronot dari planet lain yang jauh sekali.

Kita mengetahui bahwa nenek moyang kita yang dungu dan primitif itu tidak mengetahui apa yang harus mereka lakukan dengan teknologi yang hebat yang dibawa oleh para astronot itu.Para astronot itu dianggap “dewa” yang datang dari bintang-bintang lain dan disembahnya. Para astronot itu tak dapat berbuat lain, kecuali menerima saja dengan sabar pendewaan itu. Para astronot itu di planetnya sendiri barangkali sekali-sekali mau menerima penghormatan yang berupa sanjungan itu.

Sebagian bumi kita masih dihuni oleh orang-orang yang masih primitif yang masih menganggap senapan mesin sebagai senjata setan. Sedangkan pesawat udara jet sebaliknya. Mungkin mereka anggap sebagai kendaraan malaikat. Suara yang ke luar dari pesawat penerima radio mungkin dianggapnya suara dewa.

Orang-orang primitif terakhir ini pun akan mewariskan kesan-kesan mereka secara turun-temurun dalam hikayatnya, tentang kemajuan teknik yang kita sendiri mengganggapnya sebagai sesuatu yang sudah seharusnya demikian. Mereka masih menggambarkan dewa mereka dan kapal-kapal ajaib yang datang dari langit dengan corat coret pada batu karang di dinding gua. Dengan cara ini mereka telah menyimpan apa yang kita capai sekarang. Gambar-gambar dalam gua di Kohistan Perancis, di Sahara dan Peru, di Amerika Utara, dan Rhodesia Selatan maupun yang di Chili; semuanya membenarkan teori kita.

Henry Lhote seorang sarjana Perancis, menemukan beberapa ribu lukisan dinding dengan cat di Tassili-Zahara, yaitu mengenai bintang dan orang yang diantaranya ada orang berpakaian indah tetapi pendek. Orang itu dilukis membawa tongkat yang diujungnya terdapat kotak yang sukar dijelaskan. Berdekatan dengan gambar bintang-bintang terdapat makhluk yang memakai semacam pakaian menyelam. Makhluk ini yang oleh Lhote di sebut dewa Mars, tingginya 18 kaki. Kalau semua gambar-gambar itu harus cocok dengan pola pemikiran kuno, maka orang-orang yang mewariskan gambar-gambar itu kepada kita tidak mungkin keadaannya seprimitif yang kita duga. Tetapi bagaimana pun juga, untuk membuat gambar setinggi 18 kaki itu orang pasti telah menggunakan perancah, sebab tanah di dalam gua itu dalam jutaan tahun terakhir ini tidak ada tanda-tanda pernah di garuk atau digali.

Tanpa melebih-lebihi khayalan, saya mendapat kesan bahwa dewa Mars itu telah dibuat dengan menggunakan pakaian menyelam (jadi waktu itu gua dan sekitarnya masih terendam dalam air) atau dengan menggunakan pakaian terbang. Di pundaknya, dewa Mars itu memikul semacam helm yang dihubungkan dengan batang tubuhnya oleh semacam penyambung. Pada helm itu terdapat banyak lubang atau celah seperti lubang hidung atau lubang mulut. Gambar ini memang unik tetapi gambar-gambar yang aneh seperti ini banyak pula terdapat di Tassili.

Di tempat-tempat lain seperti Amerika Serikat, di Tulare suatu daerah di California, terdapat pula gambar-gambar serupa. Saya juga ingin percaya bahwa seniman-seniman primitif itu tidak teram pil dan bahwa hanya cara itulah yang dapat mereka lakukan dalam menggambarkan makhluk-makhluk atau benda-benda. Tetapi dalam hal dewa Mars itu bagaimana mungkin bagi penghuni gua yang masih setengah beradab itu untuk menggambarkan manusia sesempurna itu. Jadi mungkin gambar itu telah dibuat oleh seniman-seniman yang cukup cakap untuk melukiskan apa yang benar-benar telah mereka lihat, bukan khayalan.

Di propinsi Inyo juga di California, terdapat gambar suatu bentuk geometris yang menyerupai mistar hitung berangka ganda. Para arkeologis berpendapat bahwa gambar itu melukiskan angka-angka dari para dewa.

Di Siyak, Perancis, pada jambangan tembikar terdapat gambar binatang yang tak diketahui orang dari jenis apa yang mempunyai tanduk tegak lurus dan besar sekali. Betapa tidak aneh binatang itu? Kedua tanduknya mempunyai spiral-spiral yang menuju ke kiri dan kanan. Kalau anda ingin mengetahui bagaimana gambar itu rupanya, bayangkan saja dua batang logam yang dibungkus dengan isolasi pos lain seperti yang sering kita lihat di gardu-gardu PLN. Apakah yang dikatakan para arkeologis tentang itu? Dengan mudahnya mereka mengatakan bahwa gambar itu adalah simbol dari pada dewa.

Dewa-dewa itu tinggi nilainya. Orang lain menerangkan bahwa sebagian besar mungkin segala yang tidak diketahuinya benar-benar dilakukan dengan cara menghubungkannya dengan yang gaib-gaib saja. Di alam yang serba gaib ini orang mendapatkan ketentraman batin dan dapat hidup damai. Setiap patung kecil, setiap benda hasil budaya yang terkumpulkan, setiap benda hasil penyatuan pecahan-pecahan barang purbakala, selalu mereka hubungkan-hubungkan dengan sesuatu kepercayaan atau sebangsanya. Tetapi kalau ada sesuatu benda yang tidak cocok dengan ketentuan agama yang ada, sekalipun dengan paksa dicocok-cocokkan, maka disulaplah suatu cara pemujaan orang sinting, seperti halnya tukang sulap menyulap kelinci dari dalam kayu. Maka terpecahlah persoalannya.

Tetapi bagaimana kalau gambar-gambar dinding di Tassili, atau di Amerika Serikat atau di Perancis benarbenar mereproduksikan apa yang pernah dilihat orang-orang primitif? Apa yang harus kita ka takan, jika spiral pada tanduk dewa Mars itu benar-benar menggambarkan antena, tepat seperti apa yang dilihat orang-orang primitif pada dewa yang tidak dikenalnya? Apakah tidak mungkin bahwa apa yang seharusnya tidak ada, kenyataannya memang pernah ada?

Jadi, seorang semi beradab yang namun cukup terampil untuk membuat lukisan-lukisan dinding, sebenarnya tak mungkin setengah beradab.

Gambar dinding yang melukiskan wanita putih di Brandenberg, Afrika Selatan, mungkin gambar dari abad keduapuluh ini. Wanita itu bercelana ketat, memakai sarung tangan tali, kaos kaki dan selop. Wanita itu tidak sendirian, di belakangnya ada seorang lelaki kurus membawa tongkat berduri, ia memakai helm yang berkelap menadah sinar matahari. Dengan mudah gambar ini dianggap gambar modern, tetapi yang menjadi persoalan ialah bahwa gambar itu terdapat dalam gua.

Semua dewa yang digambarkan pada lukisan dalam gua di Swedia dan Norwegia berkepala sama dan aneh. Para arkeologis menyebutnva kepala binatang. Tetapi apakah tidak menggelikan kalau ada umat yang menyembah kepala binatang. Dan apakah tidak menggelikan kalau ada umat yang me nyembah makhluk yang juga mereka sembelih untuk dimakan? Kita sering melihat kapal terbang dan lebih sering lagi yang berantena khas.

Patung-patung berpakaian berat terdapat lagi di Val Camonica, Brescia Itali. Patung-patung itu juga bertanduk. Bukannya hendak bersikeras menyatakan bahwa para penghuni gua Itali itu bepergian pulang pergi antara Itali dan Amerika Utara atau Swedia, atau antara Sahara dan Spanyol untuk mengajarkan pembawaan dan daya cipta mereka. Namun demikian pertanyaan tetap mengiang di telinga : “Mengapa manusia primitif di berbagai tempat yang berjauhan satu sama lain dan masing-masing bebas dari satu sama lain, membuat patung-patung yang serupa; yakni makhluk berpakaian berat dan berantena di kepalanya.

Kalau patung-patung demikian itu hanya terdapat di suatu tempat, kita tidak akan membuang-buang waktu untuk mempersoalkannya. Tetapi, seperti dikatakan di atas, benda-benda ganjil dan aneh itu terdapat hampir dimana-mana.

Setelah kita melihat jauh ke belakang ke masa silam kita dengan pandangan zaman sekarang dan menggunakan fantasi zaman teknologi sekarang untuk mengisi jurang pemisah antara kedua zaman itu, maka kerudung yang menyelubungi kegelapan mulailah tersingkap.

Sumber : Chariots of the Gods by Erich von Daniken

Tidak ada komentar:

Posting Komentar