Jumat, 06 April 2012

TAMAN WISATA ALAM AIR TERJUN WERA ,Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah

TAMAN WISATA ALAM AIR TERJUN WERA
air terjun wera 1. STATUS
Taman Wisata Wera berdasarkan Sk. Menteri Pertanian No. 843/Kpts/Um/11/1980 tanggal 11 Januari 1980 dengan luas ± 250 hA. Kawasan ini termasuk dalam kelompok hutan Wera (hutan lindung Wera) dan memilik potensi wisata yang besar berupa panorama alam yang indah dan Air Terjun Wera,

2. FISIK
Letak
menurut administrasi pemerintahan termasuk di dalam wilayah Desa Balumpewa, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Propinsi Sulawesi Tengah.
Geografis
secara geografis kawasan Taman Wisata Wera terletak antara 1°2′-1°3′ LS dan antara 119° 50′ – 119° 51′ BT,

Batas Kawasan
Batas sebelah Utara : Daerah perbukitan sepanjang wilayah Dusun Ngatapapu.
Batas sebelah Timur : Batas Hutan Lindung Wera yang berbatasan langsung dengan lokasi Asrama Yayasan Misi Masyarakat di Pedalaman (YMMP).
Batas sebelah Barat : Dusun Ngatapapu memotong hulu Sungai Wera.
Batas sebelah Selatan : Kawasan hutan perbukitan sebelah selatan sungai Wera.

Topografi :
Wilayah Sulawesi Tengah sebagian besar merupakan Daerah pegunungan dan perbukitan diselingi oleh lembah-lembah, sungai dan dataran tinggi. Kawasan Taman Wisata Wera sebagian besar merupakan daerah perbukitan dengan kondisi topografi pada umumnya berlereng sampai terjal dengan kemiringan antgara 60% s/d 95% terdapat lembah yang sempit yang merupakan aliran sungai Wera yang agak datar terdapat pada bagian bawah disekitar desa Balumpewa dengan ketinggian dari permukaan laut 150 m s/d 800 m dpl.

Geologi dan Tanah
air terjun wera sigiBerdasarkan Peta Geologi Indonesia dari Direktorat Geologi Indonesia (1965) dan peta Tanah Tinjau LPT (1966), formasi geologi Taman Wisata Wera termasuk batuan sedimen marin, aluvium induk dan terumbu koral. Jenis tanahnya : alluvial dan potselik dengan bahan endapan musolium tanah cukup dalam, tekstur lempung sampai liat, sering berlapis-lapis debu dan pasir.

Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim dari Schmidt dan Ferguson kawasan Taman Wisata Wera termasuk dalam tipe B, dengan nilai Q= 0,213. dengan curah hujan rata-rata setahun 1.589 mm/tahun.

Hidrologi
Kawasan Taman Wisata Wera ini dialiri oleh satu sungai utama yaityu sungai Wera, Pada bagian hulu terdapat dua buah anak sungai yang mengalir masuk dan membentuk sungai Wera. Sungai ini mengalir melalui celah yang terjal pada celah-celah perbukitan yang curam dan membentuk jeram (terjunan) setinggi ± 80 m. Pada bagian bawah yang agak datar sungai Wera mengalir ke arah Timur ke Desa Kaleke dan sekitarnya. Karena melalui aliran yang terjal dan berbatu-batu, sungai ini tidak begitu lebar (hanya sekitar 2-3 m) dengan kedalaman kurang dari 50 cm.

3. BIOLOGI
Potensi Flora
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan hasil inventarisasi flora dan fauna yang pernah dilaksanakan sebelumnya, kawasan Taman Wisata Wera ini termasuk daerah yang kritis dengan lereng yang curam serta labil dengan kondisi vegetasi penutup tanah yang relatif kecil: sebagian besar permukaan tanah ditumbuhi padang rumput dan semak-semak/hutan sekunder. Bagian yang agak nerhutan terdapat pada celah bukit dan lembah disekitar sungai Wera. Keadaan vegetasi di kawasan ini relatif jarang terutama dari kondisi hutan yang sebagian besar semak belukar dan hutan sekunder (Tua).
Hanya pada bagian lereng yang terjal pada sekitar 50 – 100 m pada kiri kanan alur sungai yang masih tertutup hutan yang utuh, termasuk pada bagian hulu yang kondisi medannya juga terjal. Hal ini menyebabkan sampai saat ini aliran sungai Wera relatif masih baik dan mengalir sepajang tahun, karena baik alirannya maupun daerah tangkapan air di daerah hulu relatif masih baik (karena kondisi alam yang sulit sehingga tidak dapat dirambah/diganggu). Walaupun demikian, pada bagian lain relatif datar (pada gunung dan puncak bukit) kondisi hutannya sudah terganggu. Hal ini disebabkan adanya kegiatan masyarakat yang telah lama bermukim di sekitar kawasan yang masih mempraktekkan perladangan berpindah yaitu masyarakat Dusun Kaluku Tinggu dan dari desa Balumpewa yang masih membuka ladang pada daerah perbukitan di sekitarkawasan Taman Wisata ini.
Kondisi pada bagian timur sungai Wera sebagian besar ditumbuhi vegetasi rumput ( ± 80 % ) dan lainnya adalah semak belukar. Pada bagian barat kawasan lebih banyak ditemui hutan sekunder ( 90 % ) dan pada bagian kiri kanan sungai Wera kondisi hutannya masih baik.
Jenis pohon yang mendominasi kawasan Taman Wisata Wera masing-masing adalah : Avicenia marina, Drypetes sp., Semecarpus sp., Pterospermum ferrugineum, Litsea sp. dan Dracontomelon mangiferrumn. Selain itu pada bagian Utara kawasan yang sudah terbuka, telah ditanami jenis pohon pinus (Pinus merkussi) dalam upaya reboisasi lahan kritis di daerah perbukitan yang mulai gundul.

Potensi Fauna
weraJenis satwa yang dapat dijumpai di kawasan Taman Wisata Wera relatif sedikit, hanya beberapa jenis mamalia, aves dan serangga yaitu antara lain : Monyet hitam Sulawesi (Macaca tonkeana), Kus-kus (Phalanger ursinus), Tarsius (Tarsius spectrum), Burung kasuari, Gagak (Aceros cassidix), Ayam hutan (Gallus-gallus) dan beberapa jenis kupu-kupu.
Keberadaan satwa yang relatif kurang ini disebabkan oleh kondisi habitat yang sudah terganggu dan gangguan masyarakat sekitar yang masih berburu dan melintasi kawasan ini.

4. WISATA
Potensi Obyek Wisata
Obyek wisata di Taman Wisata Wera yang menarik diantaranya ; menikmati panorama air terjun Wera yang dapat dilihat dari dua sisi yaitu wera atas (puncak) dan dari bawah (tempat jatuhnya air). Air terjun Wera dengan ketinggian terjunan ± 80 m dengan kemiringan terjun antara 70° – 80° manakala kita berada disekitar tempat jatuhnya air menyuguhkan pemandangan yang indah. Selain itu atraksi Hiking (mendaki gunung) dari arah Utara batas kawasan ke puncak bukit sebelah Barat. Pada umumnyha obyek wisata sesuai potensi yang dimiliki di kawasan Taman Wisata Wera ini masih baik bahkan dapat dikatakan masih alamiah.

5. PENGELOLAAN
Aksesibilitas
Kawasan Taman Wisata Wera terletak ± 20 km sebelah selatan Kota Palu, Kawasan ini relatif dekat dan mudah dijangkau karena telah ada jalan raya beraspal yang menghubungkan Kota Palu dengan desa-desa disekitarnya. Untuk mencapai kawasan ini pengunjung dapat naik kendaraan umum (minibus) dari Terminal Petobo Palu, atau kendaraan pribadi dengan rute:  Palu – Rarampadende – Balumpewa) perjalanan ke lokasi ini hanya membutuhkan waktu ± 30 menit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar